Selasa, 14 September 2010

Bisnis Ayam Bakar Bermodal Rp. 500 ribu

Bisnis ayam bakar berkembang bak jamur ke seantero negeri. Pasalnya, usaha ini hanya membutuhkan modal kecil dan menghasilkan untung besar.

Seperti halnya warung ayam bakar Mas Mono. Menunya memang sederhana dan terlihat sepele. Hanya ada ayam bakar legit sedikit pedas, nasi putih hangat, dua iris mentimun, daun kemangi, kol, dan sambal merah. Namun, dengan menu ini ayam bakar Mas Mono mampu beranak pinak hingga memiliki 10 cabang.
Semula, Agus Pramono atau yang akrab disapa Mas Mono mengawali usahanya dari penjaja pisang cokelat dari satu SD ke SD yang lain. Keuntungannya sangat kecil. Kemudian dia tercetus untuk berjualan menu yang bisa diterima segala lapisan masyarakat, yakni ayam bakar.

Dengan dibantu istrinya, Mono lantas membuka warung ayam bakar kalasan di depan Universitas Sahid Jakarta pada tahun 2000. Kala itu, modalnya hanya Rp 500.000 yang digunakan untuk membeli 5 ekor ayam, bumbu lalapan, piring satu lusin, dan beberapa perlengkapan berjualan ayam.

Dengan racikan bumbu sang istri yang hobi memasak, mampu mendongkrak penjualan ayam bakarnya, dari 5 ekor ayam menjadi 20 ekor ayam per hari. "Sekarang, di Tebet Timur saja, sehari bisa menghabiskan 200 ekor," kata Staf Operational Ayam Bakar Mas Mono Sri Mulyati.

Dengan 10 gerainya, kini ayam bakar Mas Mono menghabiskan lebih dari 1.000 ekor ayam dengan ukuran 800 gram per ekor. Untuk seporsi ayam bakar ditambah segelas minuman ayam bakar Mas Mono mematok dengan harga rata-rata Rp12.500-Rp 15.000.

Sri mengatakan ketika orang ramai membicarakan flu burung, omzetnya sempat turun hingga 50 persen. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Perlahan orang mulai mengerti dan berani makan ayam. "Awalnya memang omzet turun hingga 50 persen, tapi warung kembali ramai lagi," tutur Sri.

Selain pelayanan yang cepat, untuk memikat pembeli, ayam bakar Mas Mono memajang sederet potret artis terkenal yang pernah bersantap di warungnya.

Ayam bakar Mas Mono memiliki trik tersendiri untuk membakar ayam dan menghasilkan rasa yang khas. Yakni, ayamnya tidak dibakar sampai kehitaman dan kering agar tidak terlihat legam. Selain itu, cara ini juga untuk menghindarkan rasa pahit yang biasanya menyertai ayam bakar.

Sri mengaku merebus ayamnya dengan sedikit air dan bumbu (mengungkep) terlebih dulu selama satu jam dalam suhu 100 derajat Celcius. Tujuannya, untuk membuat bumbu meresap dan daging ayam menjadi empuk.

2 komentar: